Harus diakui bahwa implementasi BannerPOINT Project memang berjalan amat sangat lambat, dari target April tertunda-tunda hingga bulan Juli. Bagi saya pribadi hal ini menjadi keprihatinan yang amat mendalam karena sebagai network leader yang berinteraksi langsung dengan jaringan, saya bisa memahami dan turut merasakan kesulitan-kesulitan yang dialami jaringan yang diakibatkan penundaan-penundaan ini. Di sisi lain, sebagai konseptor project ini yang terus berhubungan dengan pihak manajemen saya memahami alasan-alasan penundaan yang ada, namun saya melihat bahwa kesabaran jaringan telah mencapai titik kulminasi dimana apabila masalah ini tidak diselesaikan sesegera mungkin akan berdampak buruk bagi nama baik Tianshi dan mempengaruhi kestabilan jaringan dalam skala yang mengerikan.
Untuk itu, demi keutuhan dan kestabilan jaringan dan atas nama kebesaran perusahaan ini, saya memutuskan per tanggal 29 Juli 2009, dengan persetujuan dari Mr. Er Nie Ting (Direktur BannerStore Asia Pacific merangkap General Manager Tianshi Indonesia) dan atas sepengetahuan dan dukungan dari para pemimpin utama jaringan di Indonesia, saya mengambil alih kendali manajemen untuk pelaksanaan BannerPOINT Project dari pihak manajemen operasional BannerStore. Langkah ini memungkinkan kendali penuh atas operasi BannerPOINT dan dikoordinasikan secara langsung dengan manajemen inti Tianshi melalui kantor-kantor cabang yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Langkah ini sekaligus meningkatkan status BannerPOINT dari project concept (yang sebelumnya diadopsi oleh manajemen lama dan diimplementasikan dengan nama entitas Banner Stock Center dan Banner Agent) menjadi program penuh, sehingga:
Nama proyek BannerPOINT secara resmi digunakan sebagai nama program
Istilah BSC (Banner Stock Center) tidak digunakan lagi di BannerPOINT, kembali ke istilah Distribution Center (DC)
Istilah BA (Banner Agent) tidak digunakan lagi di BannerPOINT, kembali ke istilah Distribution Point (DP)
DC tidak perlu mencari supplier, fungsi ini dikerjakan langsung oleh manajemen BannerPOINT di tiga tingkat: nasional, regional, dan lokal.
Biaya lisensi dan administrasi DC menjadi Rp10.000.000,- saja, bukan Rp50.000.000,- seperti di BSC lama.
Sistem yang digunakan adalah sistem yang disediakan oleh manajemen BannerPOINT.
Seluruh pendaftaran, persetujuan, dan pengangkatan DC/DP dilakukan kepada dan oleh manajemen BannerPOINT
Manajemen BannerPOINT ini akan dilembagakan dalam bentuk Peseroan Terbatas (PT) dengan saham 100% dimiliki oleh P.T. Singa Langit Jaya, dengan catatan dewan direksi memiliki otoritas penuh selama 3 tahun pertama untuk membuat dan menjalankan kebijakan dalam ruang lingkup operasional. Pembukuan dan catatan kebijakan (company policy note) berikut laporan kerja terperinci akan dilaporakan secara transparan pada eksekutif Tianshi di Indonesia dengan tembusan ke kantor cabang terkait.
Nama BSC dan BA tidak lagi digunakan, dan apabila pihak manajemen BannerStore masih meneruskan program mereka, program tersebut tidak lagi bekerjasama dengan pihak kami.
Pendaftaran BA yang masuk lewat kantor Unicore dialihkan secara otomatis sebagai pendaftaran DP (sama seperti sebelum istilah BA digunakan menggantikan istilah DP).
LATAR BELAKANG
BannerPOINT adalah konsep yang saya buat sejatinya untuk menyelamatkan masa depan BannerStore yang saat konsep ini pertama kali dibuat (medio November 2008) sedang mengalami masalah performansi (pengurangan jam operasional, perampingan karyawan, dsb.) Hal ini disebabkan kegagalan manajemen untuk mengimplementasikan visi besar dari Mr. Li Jin Yuan dalam menggabungkan konsep Retail dan Network Marketing. Kegagalan ini disebabkan minimnya pemahaman manajemen BannerStore akan konsep dan sifat-sifat dasar jaringan (MLM), yang memaksakan penggabungan kedua bidang (ritel dan network marketing) tanpa melakukan penyesuaian kedua sifat industri, yang notabene tampak bertolak belakang (konvensional dan MLM). Padahal apabila mempelajari konsep sesungguhnya dari Mr. Li, seperti yang tertuang di "6 Interactive Network" (teori strategis tentang pemahaman elemen-elemen industri secara sinergis untuk menghasilkan kekuatan operasi terpadu berbasis sumber daya manusia), cara implementasi penggabungan kedua konsep ini jelas dan pasti.
Pada saat itu, kendala terbesar yang dialami manajemen BannerStore adalah minimnya volume penjualan yang berakibat pada tingginya biaya operasi, yang berujung pada tingginya harga jual produk di tingkat konsumen. Ditambah lagi dengan kesalahan konsep penggabungan, terjadi pembiayaan ganda (double cost) di sisi distribusi (ada biaya distribusi dan pengoperasian toko secara konvensional plus harus membayar bonus marketing lewat pemberian 10% PV).
Selaku praktisi jaringan, saya menawarkan diri untuk memformulasikan teori "6 Interactive Network" dari Mr. Li ini dalam bentuk konsep siap pakai, yang kemudian melahirkan apa yang kita kenal dengan nama BannerPOINT. Jadi kalau dari oknum di manajemen BannerStore ada yang mengklaim bahwa konsep ini adalah hasil pemikiran "beliau" seperti yang dipublikasikan di beberapa media, dengan pernyataan ini saya menyatakan bahwa klaim itu tidak benar. BannerPOINT adalah konsep yang saya buat berupa realisasi dari pemikiran Mr. Li Jin Yuan dalam teori "6 Interactive Network" yang diadaptasikan pada sifat ritel dan MLM di tingkat praktis. Bahkan pada saat proses penggodokan konsep antara saya dan pihak eksekutif Tianshi, "beliau" masih sibuk mematangkan konsep franchise - yang terakhir ini dibatalkan pelaksanaannya oleh Mr. Bai Feng setelah mengkaji perkembangan situasi terkini.
Penawaran ini diterima oleh Mr. Er Nie untuk diimplementasikan bekerjasama dengan manajemen BannerStore yang ada. Sayangnya kerjasama ini tidak berjalan dengan baik, di mana manajemen (baca: middle management di level operasional, bedakan dengan manajemen di tingkat eksekutif) bukannya membantu bahkan seringkali menghambat jalannya proyek ini. Dari yang seharusnya berjalan di bulan April, terjadi penundaan-penundaan (yang sesungguhnya tidak perlu) hingga di bulan Juli (seharusnya sesuai instruksi dari Mr. Li Jin Yuan, proyek ini harus berjalan di bulan Juni), implementasi BannerPOINT belum berjalan sama sekali.
Dalam hal penamaan, dengan alasan yang sesungguhnya sulit untuk dimengerti, beberapa istilah diganti (DC jadi BSC, DP jadi BA) oleh pihak manajemen BannerStore. Juga terjadi perubahan dalam beberapa persyaratan dan tata cara administrasi. Semua itu bisa saya tolerir, namun sampai pada satu titik di mana para BSC harus mencari supplier sendiri (karena keterbatasan SDM di manajemen BannerStore), saya memandang konsep BannerPOINT sudah dipangkas hingga titik yang tidak dapat ditolerir lebih jauh.
BannerPOINT dapat berjalan apabila kita memiliki harga jual yang bagus (baca: kompetitif dengan pemain ritel modern yang sudah ada). Untuk mendapatkan harga yang bagus kita harus memiliki volume penjualan yang bagus. Salah satu elemen penting dalam mendapatkan volume yang besar adalah menggabungkan pembelian di semua daerah dalam satu kerangka pembelian (dalam bentuk kontrak nasional, atau setidaknya di tingkat regional). Dengan para BSC mencari supplier masing-masing, tentu saja hal ini mustahil dilakukan, sampai kapan pun kita tidak akan pernah memiliki posisi tawar yang kuat pada pihak penyedia, dan sejarah kegagalan akan kembali terulang.
Tambahan lagi cara implementasi BSC dari pihak manajemen yang amat sangat lambat (survei satu BSC memakan waktu hingga 2 minggu, sementara ada minimal 200 daerah di mana BSC harus segera aktif), saya sampai pada kesimpulan bahwa BannerPOINT tidak mungkin dapat berjalan dengan adanya manajemen yang seperti ini.
Jadi kalau pada akhirnya saya terpaksa mengambil keputusan ini (mengambil alih fungsi manajemen operasional dengan membentuk dan memfungsikan manajemen baru yang independen), itu bukan keputusan serampangan yang diambil tanpa pertimbangan matang. Kami sudah berusaha untuk bekerjasama, namun kami merasa bahwa ini hanya usaha sepihak. Alih-alih mendapat bantuan, kami merasa pihak manajemen operasional berusaha untuk menghambat, secara sengaja maupun tidak sengaja, baik di tingkat implementasi lapangan maupun dengan banyaknya pernyataan-pernyataan sepihak yang berakibat pada instabilitas jaringan.
Saya tegaskan bahwa konflik ini terjadi antara pihak kami (inisiator BannerPOINT) dengan pihak manajemen operasional BannerStore (manajemen tingkat tengah), BUKAN dengan Tianshi secara lembaga (kami tetap bekerjasama secara penuh dengan pihak eksekutif Tianshi mulai dari tingkat kantor cabang, Mr. Er Nie selaku Direktur BannerStore / GM Tianshi Indonesia, Mr. Bai Feng di tingkat regional, dan tentu saja Mr. Li Jin Yuan selaku pemimpin tertinggi di perusahaan kita). Keputusan dan pertimbangan apapun yang diambil selalu dengan persetujuan eksekutif Tianshi dan telah melalui konsultasi dengan leader-leader jaringan di Indonesia.
KONDISI TERKINI
Saat ini manajemen BannerPOINT yang baru sudah bekerja, dan implementasi BannerPOINT di Jawa Timur dan Bali terus berjalan sesuai jadwal. Pendaftaran ulang DP untuk Jakarta, Jawa Barat, dan Banten akan dibuka pada tanggal 15 Agustus mendatang, disusul dengan daerah-daerah lain secepatnya. Negoisasi dengan beberapa supplier sudah mendekati tahap akhir dengan harga yang cukup memuaskan. Dalam 2 minggu ke depan tim dari manajemen baru ini akan berkonsolidasi dengan manajemen cabang Tianshi (kantor cabang Tianshi) untuk mengintegrasikan sistem administrasi BannerPOINT dengan sistem pelaporan PV Tianshi.
Tanggal 6 Agustus 2009 akan diadakan acara Vision Night dengan materi BannerPOINT dan visi Tianshi terkini, dibawakan oleh saya dan Bpk. Louis Tendean, dan akan dihadiri oleh eksekutif Tianshi Asia Pasific, bertempat di Art Center Bali. Acara ini sekaligus sebagai soft-launching program BannerPOINT di Indonesia.
Jakarta, 29 Juli 2009
Ferdinand F. Liu
Konseptor BannerPOINT
Postingan
